10 Mar 2018

My Jim - Disandera [BTS+EXO Fanfiction]

Seseorang dengan sepatu boot hitam masuk ke ruangan tempatku diikat. Kurasa seorang laki-laki, mengenakan jaket dan celana jeans gelap yang warnanya tak bisa kubedakan karena silau oleh cahaya dari pintu yang menyorot di belakangnya. Orang itu menutup kembali pintu; kini ruangan berudara kering itu gelap kembali.


Kudengar suara boot berjalan mendekatiku di atas lantai yang datar. Orang itu berdiri di depanku. Entah kenapa aku malah diam ketimbang memintanya untuk melepaskan ikatan di pergelangan kaki dan tanganku. 

Dia meraba-raba sesuatu, di sebuah meja yang tak kusadari berada di sampingku. Kudengar dia menimbulkan suara besi dan gelas yang saling beradu. Tak lama, orang itu berhenti mencari bersamaan dengan sebuah lampu putih yang menyala di atas kepalaku. Aku memejam dan menunduk: cahaya putih lampu itu menusuk dan membutakan mataku.

Pria itu mengangkat kepalaku yang tadi menunduk.  Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karana cahaya silau yang ada di atas kepalaku. 

“Kurasa kau butuh dosis yang lebih tinggi,” kulihat bibirnya menyunggingkan senyum diantara cahaya putih lampu.

“Kau tahu, kau itu patut dikagumi bahkan oleh orang bangsat sepertiku,” ucapnya sambil mengambi sebuah suntikan kecil di sampingku.

“Kau itu, sangat tahan untuk ukuran seorang wanita.”

Tahan apa? Apa maksudnya?

“Caramu menahan sakit, aku harus bilang apa ya, seksi sekali,” pria itu terkikik menahan sambil mengotak-atik suntikan yang dipegangnya.

Tunggu, apa aku sedang disandera?!

Dia mengusap wajahku, dengan tanggannya yang basah. Sebuah sengatan kecil menusuk lengan kiriku. Pria itu menyuntikkan cairan ke lengan kiriku yang tak bisa kugerakkan karena terikat ke lengan kursi. Aku meringis pelan ketika dia mencabut kembali suntikan yang kini telah kosong dari lengan kiriku. Dia terkikik lagi, sementara aku diam ketakutan, bertanya-tanya reaksi apa yang akan terjadi pada tubuhku setelah mendapat suntikan dari pria itu.

Pria itu mendekat ke telingaku lalu berbisik, “kau sangat seksi," kini aku bisa melihat hampir seluruh wajahnya yang tertawa dengan gigi kecil yang rapi.

Segera setelah pria itu berbisik, perutku mulai terasa mual. Lama-lama mualnya makin menyakitkan, perutku seperti diaduk-aduk. Aku terbatuk, kemudian sakit di perutku menjalar ke dada dan aku mulai sulit bernapas. 

Kini aku mendongak, dengan napas yang terengah-engah seperti orang kambuh asma.
Rasanya menyakitkan saat bernapas, udara yang masuk seperti menusuk tenggorokan dan paru-paruku.

Sakit yang kurasakan menjalar ke seluruh bagian dadaku, serius, ini terlalu menyakitkan. Kini aku mengerang, menahan sakit, menjaga kesadaranku agar tak hilang. Sementara pria sialan di depanku hanya menontonku dengan antusias seperti sedang menonton teater.

Terdengar suara seperti pintu yang didobrak dan langkah kaki yang masuk dari arah depanku. Kulirik banyak orang, lagi, berpakaian gelap masuk melalui pintu yang pria sialan tadi lewati saat akan menyuntikku. Rombongan orang yang baru saja masuk seperti mengerumuniku dan pria ini. Aku tak bisa memfokuskan pandanganku lebih lama lagi karena sakit di dada dan perutku makin manusuk dan seperti tidak berjeda. Aku menggerang lebih keras, kini dengan menggeliat kurasa, didepan orang-orang yang tak ku kenal.

Kudengar pria itu kini tertawa terbahak-bahak dan selanjutnya yang kudengar hanyalah suara ribut. Keributan itu tak menolongku, sakit yang kurasakan makin parah. Semua organku rasanya seperti ditusuk dan dipelintir. Aku mengerang makin keras, kurasa aku berteriak. Diiringi dengan keributan yang belum mereda di sekitarku, seperti menyanyi diiringi orkestra besar. 

Keadaan seperti itu berlangsung beberapa saat, yang untukku terasa sangat lama kala itu, dan pada akhirnya keributan itu mereda. Kini yang terdengar di seluruh ruangan itu hanya suaraku yang mulai parau.

Tubuhku tiba-tiba berhenti menggeliat, aku terkulai lemas terlepas dari rasa sakit yang masih terasa hampir di seluruh tubuhku. Tiba-tiba seseorang telah berada di depanku, terasa seperti sedang melepaskan ikatan-ikatan yang mengikat tubuhku. Aku merosot saat ikatan di tubuhku melonggar, orang itu menahanku dengan, kurasa lembut. Dia menyandarkan kepalaku di lengannya dan bicara padaku tanpa suara. Oh ya, dia pria.

Seperti melihat adegan yang di-mute, orang-orang bermunculan di belakang pria itu sambil meperhatikanku. Mereka saling bicara yang sepertinya sedikit panik tapi aku tak bisa mendengarnya. 

Sesuatu yang hangat, selain lengan pria itu, menyelimutiku hingga menutupi setengah wajahku. Kurasakan udara yang masuk ke hidungku mulai hangat, dengan bibir yang terasa perih. Pria itu lalu memegangi wajahku dengan tanggannya sambil mengatakan sesuatu lagi yang tetap tak terdengar.

Kepalaku mulai pening akibat tanggannya dan kehangatan yang menyelimuti tubuhku. Mataku terasa berat, sementara pria itu makin mendekatkan wajahnya sambil mengatakan sesuatu, kurasa kata yang sama. Pandangan matanya sangat nyaman seperti hangat tanggannya di wajahku.

Sudahlah, aku menyerah. Aku mengantuk.

Mataku memejam dengan tidak bisa lagi kutahan. Akhirnya aku tertidur di kehangatan yang nyaman, kini dengan sayup-sayup suara yang terdengar dari kejauhan seperti Nina Bobo untukku.

"Trisa.."

Lanjut
PART 3 - Aku Tak Pernah Ada Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar