Pagi hari di sebuah gang sempit, Wooyoung dan Se Young
sedang berjalan sambil berbicara dengan berisik.
“Apa ini terlalu berlebihan?” tanya Wooyoung polos.
“Apa ini? Kenapa kau meniruku!” kata Se Young.
“Aku tidak menirumu! Ini kebetulan.”
Ternyata tanpa sengaja mereka memakai baju yang sama. –bisa
sama persis gitu ya—
“Aku merasa kita seperti akan pergi ke fashion show,” kata
Se Young.
“Aku merasa kita adalah satu vocal group,” kata Wooyoung;
diapun diam dan tiba-tiba jongkok dengan stres, “ah ini agak edikit memalukan.”
Se Young hanya tertawa, “memalukan.”
Pemirsa! Pemirsa! Ternyata di episode-episode sebelumnya juga
baju mereka senada!
[Blackroom]
“Se Young tak suka jika memakai baju yang sama, tapi
nyatanya kita memakai baju yang sama, tapi Se Young tak suka, jadi aku pun tak
suka,” kata Wooyoung polos. –aigoo—
Melupakan baju yang samaan, Wooyoung dan Se Youngpun
meneruskan jalan mereka.
“Aku menghubungimu duluan,” kata Se Young. –oh! Nope yang
kemarin ya—
“Ya. Kukira kau tak akan pernah menghubungiku karena kau
sibuk,” kata Wooyoung, “oh! Gerimis!” Wooyoung menutupi kepala Se Young dengan
tangannya dan mereka pun berjalan dengan posisi seperti itu.
Mereka sampai dan masuk ke sebuah toko yang isinya
barang-barang antik untuk mendekorasi rumah.
“Akan sangat aneh jika seseorang menaruh semua barang
seperti in idi rumahnya,” kata Wooyoung.
Se Young hanya tertawa speechless mendengar Wooyoung.
“Jadi pilih saja yang bagus dan kita beli,” tambah Wooyoung.
“Baiklah.”
Mereka sedang memilih hiasan dari kaca. Wooyoung mengambil kaca yang berbentuk tempat minum antik,
“aku suka kaca yang bening.”
“Aku juga,” kata Se Young, “akan berwarna sesuai dimana dia
ditempatkan.”
“Kau tak bohong, kan?” kata Wooyoung, berpikir bahwa terlalu
banyak kesamaan pada mereka dari mulai bertemu. alhasil Se Young pun hanya tertawa. -duh Woo ini ngacoin sendiri suasananya-
Mereka berjalan ke tempat rak buku. –ini toko ada semua ya—
“Buku-buku ini sangat cantik,” kata Se Young.
“Cantik saat dibaca?”
“Tidak. Saat didiamkan seperti ini mereka cantik.”
Wooyoung pun diam sendiri. -hahaha-
Se Young menemukan sebuah tempat lilin, “oh ini lucu sekali.”
Mereka menanyakan harganya pada pemilik toko dan harganya
adalah 120000 won. Itu hampir 1 juta 300 ribuan. Ampun tempat lilin harganya
segitu.
Wooyoung pun mencabut lilinnya, “kurasa lilin ini yang
membuat harganya mahal,” dan menanyakan harganya lagi. Alhasil Ibu pemilik toko bilang bahwa lilin itu hanya
hiasan dan tak ada hubungannya dengan hrga tempat lilinnya.
Kali ini Se Young menemukan kalender yang berganti tanggal
saat ditekan. Dia pun menanyakan harganya. Pemilik toko bilang kalau
harganya tidak diskon.
“Kalau begitu bagaimana kalau kami menyewanya?” tanya Se
Young.
“20000 won untuk tiga hari,” kata pemilik toko. –itu 180
ribu. Tiga hari? Sebulan berapa?!—
Alhasil Se Young pun melambaikan tangan tanda menyerah, tak
mau membeli.
Se Young menemukan kupu-kupu yang dibingkai, “lihat ini!
Lihat! Kupu-kupu seperti ini ada di rumah, kan!”
“Memangnya kita pernah serumah?” kata Wooyoung polos.
–hahaha—
Merekapun menanyakan harga kupu-kupunya. Ternyata harganya
adalah 100000 won untuk satu kupu-kupu. Itu 900 ribu. Wooyoung pun akhirnya
membeli sebingkai yang isinya dua. Berarti harganya 1 juta 800 ribu.
–apa-apaan ini—
[Blackroom]
“Saat menemukan kupu-kupunya dia langsung bercerita tentang
rumahnya. Dia sangat senang jadi aku membelinya,” kata Wooyoung.
“Aku bingung kenapa dia membelinya? Padahal kupu-kupu itu
mahal. Kurasa dia sangat menyukai binatang sejenis serangga. Padahal aku
takut,” kata Se Young. –jadi ini kupu-kupu buat siapa!!—
Nice ! Ditunggu sinopsis selanjutnya ^^
BalasHapus